Ketika
disebut Pythagoras tentu processor otak kita akan langsung menunjuk sebuah file yang tersimpan jauh dari kata rapi
pada hardisk otak kita yg sudah
agak-agak bad sector ini (bukan krn sering dipake, tp lebih karena keseringen “tibo”,
‘ketatap’ ato mlh lbh sering sengaja me’natap’kan diri dengan ikhlas hehe… ),
akan segera keluar dengan agak lemot sebuah rumus yang paling terkenal dan kita
kenal sejak SD dulu, yaitu dalil kuadrat panjang sisi miring sebuah segi tiga
sama dengan jumlah kuadrat sisi yang lain.
Tahukah
kamu ternyata yang menemukan rumus terkenal tersebut bukanlah seorang
matematikawan yunani yang bernama Pythagoras, karena rumus itu sebenarnya telah
dikenal sejak lama, bahkan 1000 tahun sebelum masa Pythagoras, orang yunani
kuno justru lebih mengenalnya sebagai penemu skala musik (ini ada kaitannya
dengan ajaran filsafat Pythagoras yang paling penting yaitu “bahwa segala sesuatu
adalah angka”, termasuk musik), Pythagoras hanya mewarisi dan mempelajari apa
yang telah dikuasai oleh bangsa mesir kuno berabad-abad sebelumnya.
Bangsa
mesir kuno dikenal sangat menguasai matematika, banyak pakar-pakar matematika
lahir disana beserta dengan penemuan-penemuan penting yang sampai sekarang
masih dimanfaatkan umat manusia, ada dua hal yang paling besar pengaruhnya,
yang pertama terobosan sistem penanggalan matahari, mereka menciptakan
cara termudah mencatat pergantian hari yang selaras dengan pergantian musim, kedua
adalah penemuan seni geometri, untuk penemuan ini tampaknya mereka harus
banyak berterima kasih kepada sungai Nil yang pemarah, tiap tahun sungai nil
ini meluap membanjiri bantaran dan delta, banjir membawa endapan alluvial yang membuat delta
sungai Nil menjadi wilayah pertanian yang paling subur di zamannya, namun
banjir juga membawa dampak buruk bagi
mereka berupa hilangnya pembatas-pembatas tanah yang membantu para petani
mengetahui luas tanah mereka ( bangsa mesir sangat serius mengatur hak
kekayaan, dalam “Buku Kematian / Book Of Death” yg berisi aturan dan undang2,
seseorang yang melakukan kecurangan dengan mengambil tanah orang lain bisa
dihukum dengan cara diambil hatinya dan diberikan kepada sang pemangsa yaitu
binatang buas yang sangat menakutkan, mencuri tanah tetangga akan dihukum sama
beratnya dengan pelanggaran lain seperti melanggar sumpah, membunuh, atau
melakukan masturbasi di kuil pemujaan… ck.ck.. cik kurang penggawean to yo2
masturbasi ae dadak nang kuil! wkwkwk…! ).
Firaun
kuno lantas mengangkat banyak surveyor (petugas pengukur tanah) untuk mengatasi
masalah tersebut, sehingga dari merekalah ilmu geometri dikenal, bagaimana
menghitung luas tanah persegi, persegi panjang, segi tiga atau berbagai bentuk
bidang sampai dengan volume bangun kayak piramida dll.
Dalam urutan
kebudayaan kelihatannya bangsa mesir mendapatkan pengetahuan dasar-dasar
matematika dari bangsa Babilonia, setelah itu dikembangkan oleh pakar-pakar
m`tematika Mesir. selanjutnya diwarisi dan dipelajari oleh pakar-pakar
matematika awal Yunani seperti Thales dan Pythagoras, yang kemudian diwarisi
dan dikembangkan oleh orang2 Romawi dan seterusnya hingga matematika modern
sekarang.
Ada perbedaan
mendasar dari orang2 mesir dan yunani kuno, orang2 Mesir berpikir lebih sempit
tentang matematika, bagi mereka matematika hanya alat untuk mengetahui pergantian
hari dan mengatur pembagian lahan, sedangkan orang2 Yunani berpikir bahwa
matematika dan filsafat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, mereka
memandang keduanya sangat serius, orang2 Yunani akan tega melemparkan seseorang
dari atas kapal untuk melindungi angka2 mereka, seperti yang mereka lakukan
kepada Hippasus dari Metapontum.
Kembali kepada
Mbah Pithagoras, menurut catatan ia dilahirkan abad VI SM di pulau Samos dekat
pesisir Turki, beliau adalah pemikir yang radikal di zamannya, seorang orator
berbakat, intelektual terkemuka,serta guru yang kharismatik (kebanyakan pemikir
zaman dulu kala tidak terkotak dalam
satu disiplin ilmu saja, lek skrg kan klo ahli kaya prof itu hanya dlm bidang
tertentu saja to! Tapi klo mbah
goras ni banyak kemampuannya, pakar
matematika, filsafat, hukum dll). Nah karena pintar, keren, tangguh, banyak
uang, tampan,cool, baik hati, tidak sombong, suka menolong, ramah tamah,
tenggang rasa (halah prêeet ….! Ky PPKN jaman SD-SMA biyen!), pokoe karena
kemampuannya maka dalam waktu singkat mbah goras mendapatkan pengikut setia
dari orang2 yang berbondong-bondong ingin berguru kepadanya, dari sinilah
akhirnya beliau menjadi pemimpin dari sekte Pythagorean, ajaran yang paling
terkenal adalah bahwa semua yang di alam
ini selalu berkaitan dengan angka, bagi mereka bentuk dan angka adalah sama
(bahkan hingga saat ini kita memiliki lambang bilangan yang dipengaruhi oleh
bentuk persegi dan bentuk segi tiga yang berasal dari yunani kuno), pada saat
itu membuktikan sebuah dalil matematika terkadang semudah menggambar lukisan
yang bagus, alat yang digunakan oleh pakar matematika itu bukanlah pena dan
kertas melainkan mistar dan jangka, karena mereka meyakini bahwa segala sesuatu
di alam ini bisa di-angka-kan, bentuk yang indah dan harmonis mereka yakini
merupakan skala dan perbandingan angka-angka.
Karena
perbandingan merupakan kunci untuk memahami alam semesta, kaum Pythagorean dan
para pakar matematika Yunani menghabiskan banyak energi pada saat menghitung
segala sesuatu. Untuk mengatasi kesulitan ini mereka mengelompokkan kategori2
perbandingan tersebut dalam 10 kelas berbeda, salah satu dari perimbangan ini
menghasilkan angka paling indah di dunia: “Perbandingan Emas” (Golden Ratio).
Jika diungkapkan dengan kata-kata perbandingan tersebut tidak tampak istimewa,
namun semua bentuk yang memiliki perbandingan emas akan terlihat sebagai obyek
yang sangat indah. Hingga hari ini, seniman dan arsitek secara intuitif
mengetahui bahwa objek yang panjang dan lebarnya dihitung berdasar perbandingan
ini secara estetis memiliki tingkat keindahan yang tinggi. Pakar sejarah dan
ilmuwan matematika berpendapat bahwa kuil Parthenon, sebuah kuil Athena yang
sangat megah, dibangun menggunakan “perbandingan emas” dalam setiap aspek
konstruksinya. Bahkan alam semesta pun didesain dengan perbandingan ini, lihatlah
perbandingan ukuran dari cangkang siput yang berurutan atau perbandingan galur2
yang searah jarum jam dan galur2 yang berlawanan jarum jam pada buah nanas.
Menurut cerita,
suatu hari Pythagoras memainkan monochord, sebuah kotak dengan satu senar,
dengan menggeser titik tekan pada senar ke atas kebawah, ia mengubah-ubah nada
yang dimainkan alat itu, ia segera menemukan bahwa senar tersebut memiliki
perilaku aneh tetapi dapat diprediksi, ketika tekanan dirubah misal dari 3/5,
2/5,1/5, dan seterusnya. Maka disimpulkan perbedaan perbandingan menyebabkan
perbedaan nada yang bisa menyejukkan atau menggelisahkan.
Bagi
Pythagoras tak ada perbedaan antara matematika dan musik, harmoni yang
dihasilkan monochord adalah harmoni matematika sekaligus harmoni alam semesta,
bagi pengikut Pythagoras, perbandingan dan proporsi akan menentukan harmonisasi
musik, keindahan fisik sebuah objek, serta keindahan matematis. Dengan demikian
memahami alam semesta akan sama mudahnya dengan memahami proporsi dalam
matematika.
Untuk mengukur
sesuatu mereka menggunakan tongkat pengukur, yang jika digunakan dalam perbandingan,
mereka akan membagi dalam potongan-potongan lebih kecil yang diperlukan, lalu
bagaimana jika pembaginya sangat banyak sekali (takhingga) atau sedikit sekali
(nol), lalu bagaimana mengukur diagonal segi empat jika menggunakan tongkat
pengukur maka hanya akan mendekati, tidak akan pernah tepat, meski dengan
menggunakan potongan yang sangat keciiil misal satu per sejuta inci (uh.. jajal
bayangno, mbagi mistar pengukur jadi seper sejuta! Po gak klenger jeh lek
ngirisi…!), diagonal tidak dapat dibandingkan dengan sisi-sisi segi empat, tapi
bagaimanapun jaman itu tanpa mistar tak mungkin menyatakan dua buah garis dalam
bentuk perbandingan, diagonal segi empat tidak bisa dinyatakan dengan a/b,
dengan kata lain diagonal segi empat adalah bil.rasional yang saat ini kita
menyebutnya dengan akar pangkat dua.
inilah yang
sangat ditakutkan oleh sekte ini karena akan merusak ajaran kaum Pythagorean
tentang alam semesta, tentang filsafat (ingat matematika yunani tidak hanya
sebatas angka sebagai alat, tapi lebih kepada ajaran filsafat yang diyakini).
Akan sangat mudah membayangkan persegi dengan panjang dua, akan tetapi persegi
macam apa yang panjang dan lebarnya berukuran nol? Mengalikan dua bilangan sama
halnya dengan menghitung luas segi empat, tapi membayangkan luas segi empat yang
panjang dan lebarnya nol?. (yoez! bayangno sik tak golek kopi ae…!).
Sebenarnya bukan
ketidaktahuan dan juga bukan sistem
hitung Yunani kuno pada umumnya, yang menghalangi penerimaan terhadap angka
nol, ketakterhinggaan dan juga bil.rasional, tapi lebih kepada doktrin
filsafat Pythagoras bahwa seluruh alam
raya diatur oleh perbandingan dan bentuk. Planet2 bergerak mengalunkan
musik surgawi di dalam ruang berbentuk bola. Namun, apakah yang berada di luar
bola semesta ini? Adakah ruang2 lain yang lebih besar dari bola semesta ini?
Atau apakah titik terluar pada bola ini adalah batas akhir alam semesta?
Filosof2 mereka termasuk aristoteles dan sesudahnya bersikeras bahwa tak ada
ketakterhinggaan yang melingkupi bola-bola itu (dengan mengadopsi ajaran ini barat
tidak memberi ruang sedikitpun bagi ketakterhinggaan sampai seorang filosof
yang di barat dikenal sebagai orang paling menjengkelkan, zeno dari elea yang berhasil
mengacaukan semuanya dengan teka-teki terkenalnya, balap lari antara Achilles
dan kura-kura).
Bilangan
irrasional dianggap berbahaya oleh Pythagoras karena merusak dasar ajaran
tentang perbandingan alam semesta, meski yang lebih menyakitkan, pada akhirnya
kaum Pythagorean mengetahui bahwa “perbandingan emas” simbol utama keindahan
dan rasionalitas mereka, ternyata adalah bil.irrasional. untuk menjaga agar
bilangan menakutkan ini tidak meruntuhkan doktrin mereka, bil.irasional tetap
dirahasiakan. kaum Pythagorean menutup rapat-rapat mulut mereka, tidak
seorangpun diijinkan berbicara bahkan membuat catatan. Namun, sangat sulit
rupanya menyembunyikan rahasia ini, pada suatu hari seorang yang sangat
terobsesi pada geometri dan perbandingan membuka rahasia ini, dia adalah
Hippasus dari Metapontum, seorang pakar matematika dan anggota sekte Pythagorean.
Ck.ck..! kasihan, Akhirnya rahasia bil.irasional membawa kemalangan baginya.
Angka
nol tidak memiliki tempat dalam kerangka berpikir Yunani kuno, angka nol seakan
menjadi monster yang akan menelan apapun termasuk alam raya, bayangkan
perkalian 2x3 itu sama dengan luas persegi panjang dengan sisi 2 dan 3 (ingat
mereka berpikir tentang bentuk dan angka terutama segi empat dan segitiga),
tapi jika 2x0 apa yang terjadi, maka angka nol akan menelan nilai berapapun
manjadi lenyap,panjang sisi satunya berapapun panjangnya akan lenyap, doktrin
mereka sangat berlawanan. Ini berkaitan
dengan kekosongan dan ketakterhinggaan serta bukti kebdradaan Tuhan.
Bagi
mereka menolak keberadaan ketakterhinggaan berarti menolak keberadaan
kekosongan karena kekosongan menunjukkan ketakterhinggaan. Ada dua kemingkinan
logis mengenai asal mula kekosongan dan kedua hal itu menunjukkan eksistensi
ketakterhinggaan. pertama, bisa saja terdapat jumlah yang takterhingga dalam
kekosongan jadi ada ketakterhinggaan. Kedua, mungkin saja ada sejumlah
kekosongan, namun karena kekosongan disebabkan kurangnya sesuatu, pasti ada
sejumlah zat yang takterhingga jumlahnya. Opo
mungkin gini tentang penciptaan, apa yang ada sebelum penciptaan?
Kekosongan? Dan kekosongan jg dciptakan, jadi isi adalah kosong, kosong adalah
isi ( halah BEkk…! Nguawurrr….. la Aku kan go kong, duk tong samchong dadi
sakarepku hehe….!). eh opo ky telur ma ayam yo?! Ayam dari telur, telur dari
ayam,ayam-telur, telur-ayam… (wez pesen eyem penggeng ae, minume es jeruk ya…
emm..! ky e enak…! Nulis telur-ayam mbok sampek kriting ya pancet ae!)
Tapi
apapun itu, bukan bilangan rasional ataupun angka nol dan ketakterhinggaan yang
akan membunuh Pythagoras, tapi kacang buncis (kalo ini bukan ngarang tp versi
paling terkenal ya ini, mskipun ada versi yang mengatakan mbah goras menyiksa
diri dan mati kelaparan). Versi kacang buncis, menurut cerita Pythagoras adalah
seorang vegetarian, bahkan berpantang makan buncis dengan alasan tertentu yang
tidak akan saya sebutkan (gubrak…! Pdhl aku dewe yo ra dong karepe nyapo, cm
pernah ngomong bikin perut kembung dan
bentuknya seperti alat kelamin hehe…! Kan gak pati nyambung to!). suatu hari
rumahnya dibajar oleh musuh-musuhnya (yang menurut cerita mereka adalah orang-orang
yang marah karena dianggap tak layak menjadi anggota kumpulan Pythagoras, lek
saiki ky masuk klub matematika yang keren di skul2 wkwkwk...(ky obsesi ae),la
karena mereka dedel dites itung2 lek wez drijine entek cuma tolah-toleh ae,
ditolak!), kemudian gerombolan itu membantai kaum Pythagorean satu demi satu,
akhirnya perkumpulan itu pun hancur. Pythagoras sendiri melarikan diri,
sebenarnya mbah goras bisa selamat jika tak terhalang ladang buncis. Tepat di
depan ladang buncis, mbah goras berhenti dan berkata bahwa ia lebih baik
memilih dibunuh daripada harus melewati ladang buncis, ya tentu saja perkataan
itu disambut gembira para pemburunya yang dengan suka hati memotong lehernya.
kasihan ya nasib mbah goras, eman! para pemikir besar
(entah itu sudah bener apa tidak, selama masih terus berpikir dan belajar pasti
banyak manfaate), meninggal dengan cara mengenaskan, sama seperti yang dialami
oleh Archimedes, seorang pakar matematika eksentrik dari Syracuse (iyo2 rasah
protes mbah medes adalah penemu rumus fisika terutama fluida, tentang berat
jenis, tapi fisika ki kan cm anake matematika, alat yang disuruh matematika untuk
menterjemahkan dalam kehidupan nyata wkwkwk….,
kpn2 lek kober crito maneh).
Cukup semene ae dulur, cegaten
sak…. Maneh! (ky na radio joss ae hehe…)
klo ceritaku da yang salah ga usah ngamuk, gaweo crit dewe, mok apusono paling
akku yo ra ngerti (pokok g nemen2 hehe..).
Assalamu ‘alaikum!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar