Telah lahir anak pertama kami, pada hari Rabu, 20 Juni 2012 pada pukul 20.30, di Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) AMINAH Blitar.
selamat datang
Minggu, 24 Juni 2012
Senin, 18 Juni 2012
Sejarah Srengat
Srengat adalah sebuah kecamatan yang
masuk wilayah Kab. Blitar, berada pada jalur segi tiga Blitar, Tulungagung, dan
Kediri. Sebelum Kec.Wonodadi dijadikan kecamatan sendiri, desa-desa yang
menjadi wilayah administratif srengat sangatlah luas hingga ke desa Gandekan
yang posisinya berbatasan langsung dengan Kab. Tulungagung.
Sejak dulu daerah srengat sudah dikenal
dan menjadi daerah penting bagi perjalanan sejarah negeri ini, dibuktikan dengan adanya beberapa
peninggalan yang ada, diantaranya CANDI MELERI SRENGAT yang dikenal sebagai
tempat disemayamkan abu dari Ranggawuni, makam COKRO MANGGOLO YUDHO ( di gunung
pegat paling barat ) adalah salah satu senopati PANGERAN DIPONEGORO ( dalam
perang diponegoro tahun 1925-1930) dan Makam RADEN SOETEDJA adalah Wedana
pertama di Srengat yang ada di gunung pegat sebelah barat atas, maka jelas dan
nyata Srengat merupakan lintasan penting dalam sejarah.
Sabtu, 16 Juni 2012
Bahasa Alay
Beberapa tahun terakhir ini kalau kita amati banyak sekali
bahasa yang dari segi maksud sebenarnya sudah
familier dengan kata-kata yang
kita gunakan sehari-hari, namun dari penulisan sering dibuat aneh-aneh,
sehingga untuk pengucapannya saja sudah
membuat kita pusing, bahasa tenarnya sekarang adalah bahasa alay.
Apa itu bahasa alay? Mungkin banyak yang belum tahu apa yang
dimaksud dengan alay, Sebuatan
untuk seseorang (umumnya masa muda) yang bertindak atau berekspresi berlebihan,
contoh kecil dilihat dari cara mereka berpakaian sampai cara mereka
berkomunikasi.
kata “ALAY” berasal dari kata Anak-LAYangan, di sebut begitu
karena maksud dari kata tersebut adalah kampungan. Mengapa kampungan? Karena
memang bermain Layang-Layang oleh orang kota pada jaman sekarang sudah memang tidak jamannya
dan di anggap “Kampungan”.
Senin, 11 Juni 2012
The Flying Dutchman
Legenda The Flying Dutchman adalah kapal hantu
yang tidak akan pernah bisa berlabuh, tetapi harus mengarungi “tujuh lautan”
selamanya. Banyak versi dari cerita ini. Menurut beberapa sumber, Legenda ini
berasal dari Belanda,
sementara itu yang lain meng-claim bahwa itu berasal dari sandiwara Inggris The
Flying Dutchman (1826) oleh Edward Fitzball dan novel
“The Phantom Ship” (1837) oleh Frederick Marryat, kemudian di adaptasi ke
cerita Belanda
“Het Vliegend Schip” (The Flying Ship) oleh pastor Belanda A.H.C.
Römer. Versi lainnya termasuk opera oleh Richard
Wagner (1841) dan “The Flying Dutchman on Tappan Sea” oleh Washington
Irving (1855).
Beberapa sumber terpercaya menyebutkan bahwa pada
abad 17 seorang kapten Belanda bernama Bernard
Fokke (versi lain menyebut kapten “Ramhout Van Dam” atau “Van der Decken”) mengarungi
lautan dari Belanda
ke pulau Jawa dengan
kecepatan luar biasa. Ia dicurigai meminta bantuan iblis untuk mencapai
kecepatan tadi. Namun ditengah pelayarannya menuju Tanjung
Harapan tiba-tiba cuaca buruk, sehingga kapal oleng. Lalu seorang awak
kapal meminta supaya pelayaran dihentikan . Tetapi sang kapten tidak mau, lalu
dia berkata “aku bersumpah tidak akan mundur dan akan terus menembus badai
untuk mencapai kota tujuanku, atau aku beserta semua awak kapalku akan terkutuk
selamanya” Tiba -tiba badai menghantam kapal itu sehingga mereka kalah melawan
alam. Dan terkutuklah selama-lamanya Sang Kapten bersama para anak kapalnya itu
menjadi jasad hidup dan berlayar di tujuh lautan untuk selama-lamanya. Konon,
Kapal tersebut dikutuk untuk melayari 7 samudera sampai akhir zaman. lalu
cerita itu menyebar sangat cepat ke seluruh dunia.
Langganan:
Postingan (Atom)