Produk Indonesia Yang Mendunia - Globalisasi dan Gempuran produk impor yang semakin hari membuat banyak produk dalam negeri semakin terpinggirkan, tidak l`ntas membuat anak bangsa juga ikut terpuruk dalam menghasilkan produk-produk berkualitas. Buktinya banyak produk-produk dalam negeri yang mendunia dan mampu bersaing di pasar internasional. Namun ironis jika banyak masyarakat Indonesia tidak tahu akan hal itu, sehingga banyak produk-produk itu tidak menjadi raja di negeri sendiri. Semoga suatu hari semakin banyak produk-produk Indonesia yang mendunia dan semakin banyak orang yang cinta produk Indonesia. Bangga menjadi Indonesia!
POLYTRON
Elektronik kebanggaan Indonesia.
Sejarah Polytron dimulai
pada tanggal 16 Mei 1975, saat pemilik pabrik rokok PT Djarum Kudus
mendirikan perusahaan dengan nama PT Indonesia Electronic dan
Engineering dengan penyertaan modal sebesar Rp. 50 juta untuk
memproduksi barang elektronika. Sebagai industri rokok yang berekspansi
ke industri elektronika, sejak awal pemilik perusahaan tidak mau
melibatkan pihak maupun modal asing. Sejak berdiri perusahaan ini tidak
memiliki prinsipal sehingga tidak harus membayar royalti pada setiap
produk yang dihasilkan.
Nama
perusahaan kemudian berubah dari PT Indonesia Electronic dan
Engineering menjadi PT Hartono Istana Electronics, dan di tahun 2000
berubah lagi menjadi PT Hartono Istana Teknologi. Seiring dengan
perubahan namanya, perusahaan ini sudah berhasil mengembangkan teknologi
televisi berwarna hemat energi (40 Watt) dengan ukuran 17, 20 dan 26
Inchi. Bahkan mereka mampu menghasilkan televisi dengan daya 20 watt
saja, yang diklaim sebagai yang pertama di dunia. Sekarang, Polytron
juga mulai mengekspor produknya walau harus merubah bendera supaya
diterima pasar lokal Eropa.
MULIA CERAMICS
Tanpa
banyak gembar gembor, Muliakeramik Indahraya, produsen ubin keramik
Accura, Maxima, Prisma, Legend, Crystal, Magna, Ceramica Europa, dan
Signature, saat ini menjadi salah satu pemimpin industri keramik Amerika
Serikat. Direpresentasi oleh distributor independent, dan ditunjang
elemen sales representatives yang kuat, serta fasilitas warehouse yang
lokasinya strategis, plus sertifikasi ISO 9002 yang diperoleh sejak
tahun 1995, produk mereka sudah diekspor ke lebih ari 50 negara.
GT RADIAL
Jawara di jalanan.
Ban produksi PT Gajah Tunggal mulai menapaki aspal jalan di negara-negara Timur Tengah dan Asia sejak tahun 1983, lewat ban berteknologi
bias (cross-ply) untuk kendaraan niaga seperti truk, bus dan mobil
angkutan. Baru pada tahun 1992, PT Gajah Tunggal mengekspor ban jenis
radial (steel belted) dengan label GT Radial, untuk kendaraan sedan dan
truk ringan sampai ke Amerika Serikat. Saat ini GT telah mengekspor ke
lebih dari 80 negara di Eropa, Amerika, Timur Tengah, Asia (kecuali
China), Afrika, Australia dan Selandia Baru, dengan nilai ekspor pada
tahun 2007 adalah sebesar Rp 2,6 trilun, dan tahun 2008 diperkirakan
mencapai sekitar Rp 3 triliun. Awal keberhasilan tersebut diperoleh
berkat rajin mengikuti pameran dagang yang diselenggarakan di
mancanegara.
STANDARD
Didirikan
pada tahun 1962, awalnya hanya perusahaan trading dan melayani pasar
domestik untuk writing refill. Baru pada tahun 1986 resmi mengeluarkan
produk pulpen bermerek Standard. Tahun 1994, Standard berhasil melakukan
ekspor ke Kanada, Amerika dan Meksiko, dan sejak tahun 2004, menjalin
kerjasama dengan importir Prancis.
ROKOK DJARUM
Pernah
mendengar Rokok kretek rasa cherry atau vanilla? Produk PT. Djarum ini
tak akan anda temui di Indonesia, alias disesuaikan dengan Negara
“penerimanya”. Sebagai salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia.
Djarum mulai mengekspor ahun 1982. Untuk mengakomodir selera pasar
Jepang dan Amerika diluncurkan Djarum Splash dan Djarum Bali Hai. Djarum
juga meluncurkan rasa menthol untuk amerika latin. Kini 25 negara sudah
menikmati asap Djarum, dengan dominasi di Malaysia dan Amerika. Bagi
Djarum, rokok kretek adalah warisan kebanggaan bangsa. Merokoklah di
klub ternama New York atau London, dan bersiap terlibat dalam obrolan
hangat. “What cigarette are you holding right now?”
MAMA & LEON
Label
ini punya sejarah panjang, 25 tahun lalu, Erlina, pemiliknya,
memproduksi pakaian wanita secara home industry. Kini Mama & Leon
berkembang menjadi perusahaan tekstil dan garmen. Produk tekstil
diwarnai material katun, polyster, chiffone, sutra, rayon, dipadu air
brush painting. Sementara, koleksi pakaiannya, dari yang feminine sampai
kasual. Setelah sukses di tanah air, Mama & Leon kini mengekspor
produknya dalam partai besar seperti Amerika Serikat, Inggris dan
beberapa negara Asia.
OUVAL RESEARCH
You must keep on moving.
Maraknya
komunitas skateboard di Bandung membuat trio Rizki, Maskom dan Firman,
pada tahun 1997 menciptakan Ouval Research. Kekuatan label ini terletak
pada koleksi kaosnya yang hadir dengan print unik dan erat sekali dengan
budaya street style yang dinamis, fun dan berjiwa muda. Dari kaos
koleksi Ouval Research berkembang hingga ke aksesoris, mulai dari tas,
sepatu, bahkan sampai MP3 dan otopet. Kini Ouval Research semakin
memperlihatkan keseriusan dan kemajuan bisnisnya hingga mengekspor
produknya ke mancanegara seperti Singapura di butik Fyeweraz dan
skateboard di Jerman.
PETER SAYS DENIM
Invasi Denim.
Jika anda menyangka PSD (peter says denim)
adalah produk impor, berarti anda salah besar. PSD justru adalah salah
satu diantara sedikit brand lokal yang go internasional. Bahkan PSD
sudah meng"endorse" band-band rock luar negeri, seperti silverstein dai
Kanada, August Burns Red dari Amerika Serikat, Not called Jinx dari
Jerman, dan masih banyak lagi. Tak ketinggalan, band lokal juga banyak
di Endorse oleh PSD seperti Superman IS Dead, St Loco, Rocket Rockers,
serta sederet band lokal lainnya.
Kini PSD mulai menginvasi Kanada dengan mendirikan outlet resminya disana dan mungkin akan disusul negara-negara lain.
ATEJA
Bila menjajal mobil Toyota dan Honda, jangan Cuma menggeber mesinnya saja.
Rasakan juga interiornya, terutama kursi. Anda perlu tahu bahwa intrior
dua merek mobil ini dibalut kain berkualitas prima dari Indonesia.
Tentu saja bukan batik atau tenun, melainkan kain interior produksi PT
Ateja Multi Industri. Perusahaan ini adalah pionir industri penghasil
kain interior dengan kualitas nomor wahid semenjak awal pendiriannya
tahun 1974. Lewat kerjasama teknis dengan Textile Co. Ltd., perusahaan
tekstil terbesar di Jepang, PT Ateja Multi Industri telah berekspansi ke
pasar International.
EIGER - EXSPORT - BODYPACK - NEOSACK - NORDWAND
PT. Eksonindo
Multi Product Industry (EMPI) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di
dalam bidang pembuatan tas, fashion dan aksesoris. Perusahaan ini
memulai bisnisnya pada tahun 1956 sebagai firma kecil yang
memproduksikan tas-tas sekolah dengan model bermacam-macam. Merek-merek
unggulan dari perusahaan ini adalah Eiger, Bodypack, Exsport, Neosack, dan Nordwand.
Kemudian
ditahun 1979, perusahaan ini melebarkan sayapnya untuk meraih pasaran
yang lebih meluas. Perusahaan ini jalankan oleh Ronny Lukito, seorang
anak ketiga dari pasangan Lukman-Kurniasih. Perusahaan ini memiliki moto
yaitu "To be the frontier bags and fashion industries".
Setiap tahun,
perusahaan ini memproduksi 2.500.000 tas dengan 8.000 desain yang
berbeda, yang mereka harapkan akan merajai pasaran. Dengan
dikeluarkannya bermacam-macam merk dengan fungsi dan nama yang lebih
spesifik, diharapkan produk mereka tidak saling memakan dipasaran antara
produk yang satu dengan yang lainnya. Maka tas yang dipakai untuk
kegiatan naik gunung tentu akan berbeda pula.
Model-model
yang sedang tren di blantika mode internasional menjadi acuan
perusahaan ini dalam mengeluarkan produk terbaru. Dengan dukungan para
desainer jebolan dari berbagai macam universitas seperti diantaranya,
ITB maupun Universitas Trisakti. Perusahaan ini setiap bulan setidaknya
mampu mengeluarkan 40 model tas dan produk lainnya. Produk Indonesia ini selain di pasarkan di dalam negeri juga export keluar negeri seperti di Libanon, Singapura, Filipina, dan Jepang.
BYON
Zaman sekarang
teknologi komunikasi informasi tidak lagi hanya menjadi dominasi
negara-negara maju seperti yang dikenal selama ini karena kehadiran
merek-merek besar seperti Acer, Dell, HP, Samsung, Toshiba, dll.
Dalam kondisi
seperti ini, sebenarnya masih banyak perusahaan dalam negeri yang
berupaya menghadirkan merek-merek lokal sebagai sebuah pilihan
alternatif terhadap merek multinasional. Salah satu merek baru yang
muncul adalah BYON (baca "biyon"), merek lokal yang menghadirkan konsep
menarik "beyond notebook" yang menjadi tren penting perkembangan
teknologi komputer untuk masa lima tahun ke depan.
Selain itu,
semua komponen yang terpasang pada notebook bermerek juga digunakan BYON
yang didukung Intel Corp dan dikembangkan mencapai sekitar 11 negara di
kawasan Asia-Pasifik.
Merek BYON yang
juga diterjemahkan sebagai Build Your Own Notebook menghadirkan sebuah
fenomena berbeda, memungkinkan berbagai seri yang dibuatnya (termasuk
seri yang akan datang) memiliki keseragaman komponen, menggunakan
baterai yang sama, adaptor listrik yang sama, serta komponen-komponen
standar lain yang sama (seperti keyboard).
Notebook yang
sudah mendapatkan berbagai penghargaan termasuk empat pengharaan dari
MURI ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya manufaktur nasional,
memberikan peluang berbagai pihak ikut mengembangkan komponen-komponen
komputer yang menuju ke arah standardisasi.
Artinya, pendekatan komponen secara blok (Common Building Block) memacu
untuk membangun sendiri baterai, keyboard, adaptor listrik, pacu optik,
monitor LCD, serta panel depan untuk dibuat secara lokal.
AXIOO
Axioo
berdiri pada tahun 2004. Indonesia patut berbangga karena Axioo, salah
satu komputer merek lokal berhasil menembus jajaran produk dunia dan
menjadi salah satu produk yang mengadopsi prosesor Intel Core generasi
kedua. Axioo Neon HNM menjadi notebook 14 inci pertama di dunia yang
sudah menggunakan teknologi prosesor yang sebelumnya disebut Sandy
Bridge itu. Terkait pabriknya di Indonesia, yang berlokasi di
Sunter-Jakarta Utara, diklaim Axioo hanya memproduksi dan
mendistribusikannya ke pasar lokal, tidak untuk diekspor.
“Pabrik
di sini hanya untuk memenuhi permintaan yang besar dari Indonesia.
Jangkauan pasar kita memang sudah hampir mencakup ke seluruh bagian Asia
Tenggara, tapi itu bukan pabrik di Indonesia yang ekspor,” kata Devi
Yosita, Marketing Communication Manager Axioo. “Untuk kebutuhan pasar
Asia Tenggara, produk disuplai oleh pabrik di negara lain, seperti
Vietnam dan Singapura. Makanya ketersediaan spare part bagi pelanggan
sampai tiga tahun,” ucapnya.
Untuk layanan purna jual, Axioo sementara ini memiliki 39 service center di Indonesia.
Menyoal pasarnya, Devi menuturkan, sekarang ini Axioo International baru menjangkau lima negara ASEAN. Selain Indonesia, Vietnam, dan Singapura, Axioo juga sudah tersedia di Malaysia dan Thailand. "Kami akan kembangkan sayap kami ke Kamboja dan Filipina dalam waktu dekat. Mudah-mudahan tahun ini," ucap Devi.
Untuk layanan purna jual, Axioo sementara ini memiliki 39 service center di Indonesia.
Menyoal pasarnya, Devi menuturkan, sekarang ini Axioo International baru menjangkau lima negara ASEAN. Selain Indonesia, Vietnam, dan Singapura, Axioo juga sudah tersedia di Malaysia dan Thailand. "Kami akan kembangkan sayap kami ke Kamboja dan Filipina dalam waktu dekat. Mudah-mudahan tahun ini," ucap Devi.
BATERAI ABC
Ejaan yang Mendunia
Di tengah gempuran produk baterai merek luar negeri, baterai ABC masih melenggang menguasai hampir setengah pasar domestik, baik untuk baterai jenis alkaline maupun carbon zinc. Produk PT International Chemical Industry, telah diekspor ke sekitar 50 negara, dengan berbagai merek, kecuali di Australia dan beberapa negara lain yang menggunakan merek ABC atau Alkaline.
MAGNO
Magno
adalah produk radio kayu asli Indonesia yag sudah menebar frekuensi
sampai Jepang, Amerika Serikat, Finlandia, Inggris dan Prancis. Konsep
yang disodorkan Magno sangat Unik. Lantaran produk di-finishing dengan
minyak kayu, bukan pernis, pemiliknya harus rajin merawat radionya
secara berkala agar tetap prima. Rupanya Singgih Susilo Kartono, sang
pencipta Magno, ingin mengeliminir budaya pakai buang. Maksudnya agar
tercipta koneksi antara produk dan pemilik. Karena harganya yang cukup
mahal (200-300 dollar AS) Singgih menggunakan designer link untuk
menjual produknya.
RADIX GUITAR
Serba Radikal dan Professional
Ide awalnya simpel tidak ada gitar professional buatan Indonesia yang layak digunakan dalam show internasional. Namun pemikiran itu terus bergema di kepala Toien Bernadhie, sampai akhirnya mendirikan Radix Guitar. Berbekal bahan baku yang sebagian besar lokal, Toien mengurusi pemasaran dan distribusi sendiri ke negara-negara seperti Swedia Denmark, Inggris, Yunani, Swis, Canada, Australia, Singapura dan Malaysia. Untuk menarik pembeli, Toien memberi tip: buatlah 1 produk yang desainnya disesuaikan dengan content dan budaya buyer internasional. Misalnya, dicantumkan slogan ,carefully handcrafted individually seleted dan personally inspected.
Ide awalnya simpel tidak ada gitar professional buatan Indonesia yang layak digunakan dalam show internasional. Namun pemikiran itu terus bergema di kepala Toien Bernadhie, sampai akhirnya mendirikan Radix Guitar. Berbekal bahan baku yang sebagian besar lokal, Toien mengurusi pemasaran dan distribusi sendiri ke negara-negara seperti Swedia Denmark, Inggris, Yunani, Swis, Canada, Australia, Singapura dan Malaysia. Untuk menarik pembeli, Toien memberi tip: buatlah 1 produk yang desainnya disesuaikan dengan content dan budaya buyer internasional. Misalnya, dicantumkan slogan ,carefully handcrafted individually seleted dan personally inspected.
sumber : http://indoversity.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar